Menanggapi tulisan saudara Muhammad siddik ( pelajar SMAN I Banjar masin ) pada Radar banjar senin 15 Desember 2008.
Mendidik anak bangsa menjadi inter preneur tidaklah mudah. Tantangannya sangatlah luar biasa. Hal ini saya alami sendiri. Saya sebagai pendidik punya misi yang pernah dipesankan oleh Ir. H. Agus Mulya Husin , seorang anggota DRPD kota Banjarbaru sekitar bulan juli 2006, yang kurang lebih isinya agar anak - anak di Cempaka khususnya Bangkal, sepuluh tahun mendatang tidak lagi bergantung pada mendulang. Menyikapi pesan itu saya dan para pendidik yang lain berupaya memajukan pendidikan akademik dan non akademik dengan memanfaatkan fasilitas yang ada. Alhasil pernah 2 kali mewakili Provinsi kalimantan selatan pada lomba kreatifitas siswa SD dengan membuat kerajinan tangan berupa kapal layar dari kayu yang dilaksanakan di Jakarta tanggal .......2007.dan bandung tanggal 25-27 pebruari 2008.
Dalam hal ini kami ingin agar anak-anak memiliki keterampilan menggunakan alat, mengerjakan sesuatu dan menghasilkan suatu karya, walaupun masih sederhana. Kami menggunakan metode pembelajaran ATM ( yang kami artikan Amati, Tiru dan Modifikasi ). Pertama kami sajikan model sebuah kapal layar untuk diamati bentuk, bagian dan susunannya. Kedua mempelajari bahan - bahan yang digunakan untuk membuatnya. Ketiga mencari kemungkinan bahan yang bisa didapat disekitar untuk membuat seperti model. Keempat menyediakan alat dan bahan untuk membuat seperti model. Ke lima mencoba membuat setahap demi setahap, bagian demi bagian, kemudian merangkai seutuhnya. Keenam mencoba membuat dari awal sampai vinising dengan dihitung waktunya.
Perkembangannya luar biasa. Dapat menarik minat anak-anak yang lain. Sayangnya tidak semua mendapat dukungan orang tuanya walaupun semua alat dan bahan sudah disediakan sekolah. Karena life skill memerlukan tenaga dan waktu yang banyak. Masih ada orang tuanya yang tidak mengijinkan ikut pembinaan karena menjadi lelah. Kami maklum anak usia SD memang staminanya kurang. (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar